Kasihan sekali hidupnya, ia selalu menyalahkan keadaan. Kenapa terlahir miskin, kurang fasilitas, tidak kuliah, nikah kandas, beban hidup banyak dan aneka gerutuan yang lain.
Pengalaman hidupnya tidak bikin ia realistis. Ia selalu mencari yang tidak ada pada dirinya. Ia masih tetap saja merasa heran dan tidak bisa terima ketika yang terjadi diluar sana tidak sebagaimana isi kepalanya. Cilakanya ia terus menebarkan hawa negatif itu ke sekitarnya. Akhirnya ia kembali sendirian ditinggal banyak orang. Bahkan orang yang kasihan dengan dirinya pun sudah menilai ‘too much’. Cara komunikasipun berujung gagal. Makin tidak bisa dipahami.
Membalikkan Korban Keadaan
Bagaimana membalikkan keadaannya? Sebenarnya sangat mudah. Pertama, tukar dari ‘scarcity mentality‘ (mental selalu merasa kurang) kepada ‘abundance mentality‘ (mental selalu merasa cukup). Kedua, jalankan saja yang pertama. Ketiga, istiqamah terus jalankan yang pertama. Tidak ada yang lebih penting baginya selain mengubah menjadi mental kaya hati. ‘Put first thing first‘ (letakkan pertama sebagai yang perfama)-nya disitu.
Mulailah dari memberi hal-hal kecil, berterima kasih pada orang, tersenyum, mengapresiasi, berpikir positif, tebar aura positif, lokalisir setiap problema di laci masalah, katakan dengan respek, jangan sepelekan orang, jangan sok tahu, hindari blaming, buang excuse, dan lihatlah segala sesuatu dengan penuh syukur.
Karena genetika anda pasti hebat. Keluarkan kehebatan itu. Namun buang dulu penghalangnya. Agar gak terus menjadi korban keadaan.
Farid Poniman
Penemu STIFIn
0 Comments:
Posting Komentar